2 Mei dan Sosok di Baliknya: Kisah Menginspirasi Ki Hajar Dewantara, Pahlawan Pendidikan

Avatar photo

- Jurnalis

Jumat, 2 Mei 2025 - 09:01 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pahlawan nasional Ki hajar Dewantara ||| dok : pinterest

Pahlawan nasional Ki hajar Dewantara ||| dok : pinterest

MEDIATAMANEWS.ID – Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional. Tanggal ini bukan dipilih secara kebetulan, melainkan bertepatan dengan hari kelahiran seorang tokoh besar yang mengabdikan hidupnya untuk pendidikan, yakni Ki Hajar Dewantara.

Lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta, ia berasal dari keluarga bangsawan Pakualaman. Ayahnya adalah GPH Soerjaningrat, cucu dari Sri Paku Alam III, yang membuatnya tumbuh dalam lingkungan aristokrat Jawa.

Pendidikan Awal dan Awal Perjuangan

Meskipun berasal dari kalangan ningrat, Ki Hajar Dewantara tidak tinggal diam melihat ketimpangan yang dialami oleh rakyat jelata dalam mengakses pendidikan. Ia menempuh pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (ELS), kemudian melanjutkan ke STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen), namun gagal menyelesaikannya karena masalah kesehatan. Tidak menyerah pada keadaan, ia beralih ke dunia jurnalistik sebagai jalan perjuangannya.

Melalui tulisan-tulisan tajam dan penuh semangat kebangsaan, Ki Hajar Dewantara menjadi suara kaum pribumi yang terpinggirkan. Ia aktif menulis di berbagai surat kabar seperti De Express, Sedyotomo, dan Midden Java. Salah satu tulisannya yang paling terkenal berjudul “Als Ik Eens Nederlander Was” atau “Seandainya Aku Seorang Belanda”yang memprotes keras keputusan pemerintah kolonial Belanda merayakan kemerdekaannya dari Prancis dengan memungut biaya dari rakyat jajahan.

Baca Juga :  Siswa SMAN 2 Tasikmalaya Antusias! Dandim 0612 Sosialisasikan Rekrutmen TNI AD

Pembuangan ke Belanda dan Perjuangan Pendidikan

Tulisan kritis tersebut membuat Ki Hajar Dewantara dibuang ke Pulau Bangka. Namun karena desakan dan solidaritas para pejuang lain, ia memilih menjalani pengasingan di Belanda. Di sana, ia melanjutkan pendidikan dan mendapatkan Europeesche Akte, sertifikat pengajar resmi di Eropa. Tak hanya belajar, ia juga mendalami filosofi pendidikan Barat dan menggabungkannya dengan nilai-nilai lokal Nusantara.

Selama di Belanda, ia juga aktif dalam pergerakan kemerdekaan dan menjadi bagian dari pendirian Indische Partij, partai politik pertama yang memperjuangkan kemerdekaan Hindia Belanda. Bersama Dr. Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker, ketiganya dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.

Mendirikan Taman Siswa dan Filosofi Pendidikan

Setelah kembali ke Indonesia pada 1919, Ki Hajar Dewantara merasa pendidikan adalah kunci kebangkitan bangsa. Ia kemudian mendirikan Taman Siswa pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Sekolah ini membuka peluang pendidikan bagi rakyat biasa, tidak hanya kaum priyayi atau anak-anak Belanda. Taman Siswa mengajarkan nilai-nilai kebangsaan, karakter, dan cinta tanah air, sebagai perlawanan halus terhadap sistem pendidikan kolonial yang diskriminatif.

Dalam praktiknya, Ki Hajar Dewantara menolak metode pendidikan yang otoriter. Ia mencetuskan semboyan terkenal:

Ing ngarsa sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani

Baca Juga :  BEM PTNU Se-nusantara: Dukung presiden Prabowo bersihkan pemerintah, tuntaskan korupsi tanpa tebang pilih

(yang di depan memberi teladan, yang di tengah memberi semangat, yang di belakang memberi dukungan). Semboyan ini hingga kini masih menjadi falsafah dalam dunia pendidikan Indonesia.

Meski menghadapi tekanan dari pemerintah kolonial, termasuk keluarnya Onderwijs Ordonantie atau “Ordonansi Sekolah Liar”, Ki Hajar Dewantara tetap teguh menjalankan visinya. Akhirnya, tekanan publik dan media membuat pemerintah kolonial membatalkan ordonansi tersebut pada tahun 1933.

Penghargaan dan Pengakuan Sebagai Pahlawan

Setelah Indonesia merdeka, jasa-jasa Ki Hajar Dewantara tak dilupakan. Pada tahun 1950, ia diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pertama Republik Indonesia dalam kabinet pertama. Atas kontribusinya dalam dunia pendidikan, Universitas Gadjah Mada memberikan gelar doktor kehormatan (Doctor Honoris Causa) pada tahun 1957. Ia juga dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1959, tahun yang sama saat ia wafat pada 26 April.

Melalui pemikiran dan perjuangannya, Ki Hajar Dewantara telah membuka jalan bagi lahirnya sistem pendidikan nasional yang berkeadilan, inklusif, dan berakar pada nilai-nilai bangsa.

“Pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.” – Ki Hajar Dewantara***

Editor : Muhammad Rizqy Nurtsani

Berita Terkait

Mendiktisaintek Kunjungi IPI Garut, Dorong Transformasi Perguruan Tinggi Lewat Inovasi Mahasiswa
IPI Garut Kukuhkan 78 Guru Profesional Lewat Yudisium PPG 2025
Dialog Publik MPM Triguna: Mahasiswa Bukan Lagi Objek, Tapi Subjek Perubahan!
Adeeva Shakila Hidayatulloh, Siswi Multitalenta yang Menginspirasi Lewat Seni dan Komitmen Berhijab
PPDB 2025 Pesantren Ciloa Garut Resmi Dibuka, Siap Cetak Generasi Unggul Berbasis Nilai Islam
Lebih Dekat dengan Gus Dur: Ulama, Presiden, dan Guru Bangsa yang Melampaui Zaman
Deep Learning dan Personalisasi Pembelajaran: Meningkatkan Efektivitas Pendidikan di Era Digital
Kampus Berdampak: Ketika Universitas Diminta Turun ke Bumi
Berita ini 29 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 20 September 2025 - 21:48 WIB

Mendiktisaintek Kunjungi IPI Garut, Dorong Transformasi Perguruan Tinggi Lewat Inovasi Mahasiswa

Rabu, 17 September 2025 - 18:33 WIB

IPI Garut Kukuhkan 78 Guru Profesional Lewat Yudisium PPG 2025

Minggu, 29 Juni 2025 - 14:14 WIB

Dialog Publik MPM Triguna: Mahasiswa Bukan Lagi Objek, Tapi Subjek Perubahan!

Rabu, 21 Mei 2025 - 21:26 WIB

Adeeva Shakila Hidayatulloh, Siswi Multitalenta yang Menginspirasi Lewat Seni dan Komitmen Berhijab

Senin, 19 Mei 2025 - 17:13 WIB

PPDB 2025 Pesantren Ciloa Garut Resmi Dibuka, Siap Cetak Generasi Unggul Berbasis Nilai Islam

Berita Terbaru