MEDIATAMANEWS.ID – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali membuat gebrakan besar. dalam channel youtube Lembur Pakuan, ia mengumumkan secara tegas bahwa penyaluran dana hibah ke yayasan pendidikan Islam untuk sementara dihentikan. Keputusan ini diambil setelah Dedi menemukan berbagai kejanggalan, termasuk praktik penyalahgunaan dana oleh yayasan-yayasan yang diduga fiktif atau tidak terverifikasi secara layak.
“Yang menerima dana hibah itu-itu saja. Yayasan yang dekat dengan kekuasaan, punya akses ke gubernur. Sementara ustaz-ustaz di kampung yang benar-benar berjuang, malah gak kebagian. Saya tahu banget yang kayak gitu, Pak,” ujar Dedi dalam rapat .
Lebih lanjut, Dedi mengungkap bahwa banyak yayasan muncul tiba-tiba hanya untuk mengejar dana hibah. “Ada yayasan baru muncul, belum jelas legalitasnya, tiba-tiba bisa terima Rp1 miliar, Rp5 miliar. Bahkan ada pesantren yang dapat Rp50 miliar,” ungkapnya.
Dalam pernyataan tegasnya, Dedi Mulyadi menegaskan bahwa ia tidak ingin lagi menggunakan pola hibah berdasarkan aspirasi politik atau kedekatan personal. Ia memilih pendekatan baru yang lebih rasional dan berbasis kebutuhan nyata di lapangan.
“Saya mau semua pembangunan pendidikan berbasis data. Berapa madrasah yang betul-betul dibutuhkan, siswanya ada, lokasinya tepat. Kita bangun yang itu,Saya akan kumpulkan dana dari berbagai sumber. Dari bank daerah, dari donatur. Yang penting tepat sasaran.” ujarnya.
Bagi Dedi, lembaga Islam harus menjadi teladan, bukan tempat mencuci anggaran. Ia tak ingin lagi ada penerima hibah yang akhirnya tersandung masalah hukum.
“Saya gak mau nanti pak ajengan diperiksa karena dana hibah. Kasihan. Harusnya lembaga Islam itu halal, thayyiban, dan benar-benar jadi contoh.”
Langkah Dedi ini merupakan bagian dari komitmennya untuk reformasi total pengelolaan keuangan publik di Jawa Barat. Ia menegaskan bahwa tak peduli sebesar apapun tekanan atau cibiran, ia akan tetap pada prinsip untuk mengubah sistem agar lebih bersih dan berkeadilan.
“Gak ada lagi dana untuk yayasan yang gak jelas. Saya tutup dulu semua. Ini bukan karena saya anti-agama, justru karena saya mau jaga marwah agama. Gak boleh lagi uang rakyat dinikmati oleh kelompok itu-itu saja,” tutupnya.
Dengan penegasan ini, Dedi Mulyadi menegaskan posisinya sebagai pemimpin yang berani mengambil resiko demi perubahan yang sistemik. Ia ingin memastikan bahwa setiap rupiah dari uang negara digunakan untuk kepentingan masyarakat, bukan segelintir elite berkedok agama ***
Penulis : Muhammad Rizqy N
Editor : Muhammad Rizqy N